Tuesday, October 10, 2023

Catper Umroh: Hari ke-1. Senin, 5 Desember 2022

Menulis cerita umroh dengan judul catatan perjalanan mungkin terasa aneh. Tapi begitulah, saya lebih nyaman memberinya judul catatan perjalanan dibanding jurnal atau diari. Istilah catatan perjalanan atau catper biasanya digunakan oleh para pendaki gunung Indonesia untuk bercerita perjalanan mendaki mereka di sebuah gunung, yang sekaligus menjadi semacam text guide bagi orang lain yang ingin mendaki gunung tersebut. Dan dua hal itulah yang menjadi motif saya menulis catper umroh ini.

Menjelang pukul 11 siang saya dan rombongan sampai di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang. Sambil menunggu rombongan lengkap, kami koordinasi dengan pihak travel sekaligus momen pelepasan oleh keluarga yang mengantar. Beberapa rekan ada juga yang makan siang. Sementara saya memutuskan untuk makan siang di Boarding Lounge setelah proses cek in. Sekitar pukul 12.30 kami mulai cek in. Dibutuhkan kurang lebih 60 menit untuk proses cek in dan verifikasi paspor. Setelah melewati imigrasi, segera saya menuju Musholla untuk menunaikan Sholat Zuhur yang dijamak dengan Ashar, makan siang dan menunggu hingga 15.20 untuk masuk ke kabin pesawat besar berjenis Boeing 777-300ER.

Garuda Indonesia yang kami tumpangi sedikit telat mengangkasa. Pesawat ini akan langsung menuju Jeddah tanpa transit. Selama penerbangan, kami dapat dua kali jatah makan, satu botol air mineral dan snack. Lama perjalanan Jakarta - Jeddah kurang lebih sembilan jam. Pesawat mendarat di bandara King Abdul Aziz Jeddah pukul 02.40 WIB atau 22.40 waktu Jeddah. Proses keluar bandara relatif cepat. Tidak sampai satu jam kami sudah melewati imigrasi dan menunggu Tour Leader yang berkoordinasi dengan Muthowif dan Tim handling. Tepat pukul 00.00 waktu Jeddah saya sudah di dalam bis menunggu keberangkatan menuju Madinah sambil berbalas pesan dengan Adinda. Sementara Muthowif dan Tim handling mengurus koper jama'ah dan administrasi.

Karena kesulitan tidur di pesawat, maka saya usahakan untuk tidur di bis. Tapi saya masih sempat melihat suasana ramai kota Jeddah di malam hari, sebelum akhirnya tertidur. Saya terbangun ketika bis berada di jalur bebas hambatan yang sepi. Entah dimana ini. Namun suasana sepi dan temaram dominan mewarnai perjalanan 5 jam Jeddah - Madinah. Lalu terbitlah bayangan perjalanan hijrah Nabi di kepala. Meski jalur hijrah Nabi adalah Mekkah - Madinah yang notabene lebih jauh dan memutar, tapi bahkan di jalur ini pun saya bisa merasakan momen hijrah yang epik itu. Jalur yang gelap dan sepi sungguh jauh berbeda dengan jalur Cipali yang ramai dengan bis malam dan rest area.

Purnama di Saudi tidak putih seperti di Indonesia. Ia sedikit jingga. Dan posisinya cenderung landai. Bahkan kini ia hampir 'tenggelam'. Pukul 04.43 bis masih melaju sendirian di jalur Jeddah - Madinah. Satu dua kendaraan kecil datang dari arah berlawanan. Ingin sekali saya mengetahui kondisi di sisi jalan ini, apakah dikelilingi sawah, gurun, atau kebun. Tapi gelapnya malam mengubur dalam-dalam rasa penasaran saya. Cahaya yang tampak hanya lampu di tengah jalan dan titik-titik kecil nun jauh di sana.

No comments:

Post a Comment