Sunday, March 31, 2013

Sang Soekarno Kecil


Prahara yang menimpa Partai Keadilan Sejahtera akhir Januari lalu sontak menjadi buah bibir media. Televisi, koran, majalah, hingga media sosial, ramai-ramai menggoreng kasus LHI, terbuktilah rumus populer para jurnalis “Bad news is good news”. Profil pimpinan partai, gerak perilaku kader, segala hal yang terkait dengan partai, instansi, sekolah, hingga masalah pribadi seperti isu poligami menjadi agenda pokok pemberitaan media sebulan terakhir.


PKS sendiri melakukan aksi penyelamatan yang gemilang. Setelah mundurnya Luthfi Hasan Ishaaq dari kursi presiden partai, keesokan harinya anggota Majelis Syuro PKS segera menggelar sidang. Kemudian didapuklah Anis Matta menjadi presiden PKS menggantikan Luthfi Hasan Ishaaq dengan mulus, tanpa ada pertikaian antar kader memperebutkan kursi pimpinan partai, hal yang lumrah kita temui dalam perjalanan partai politik konvensional di Indonesia.

Konferensi pers pun dilakukan di Markaz Da’wah, jalan TB Simatupang Jakarta. Dalam orasi politiknya yang pertama sebagai presiden partai, Anis Matta berhasil mengangkat kembali mental para kader yang berada di titik terendah setelah dibombardir media seputar kasus suap LHI. Selain mengangkat mental kader, orasi politik itu berhasil memikat hati mereka yang menyaksikan acara yang disiarkan langsung oleh dua televisi nasional, hingga diberitakan banyak warga masyarakat yang mendaftar menjadi anggota PKS pasca orasi Anis Matta.

Mengubah bencana menjadi karunia, menyulap musibah menjadi anugerah, telah sempurna dilakukan PKS, dengan Anis Matta menjadi lakon utama. Politisi yang selama 15 tahun seolah “dieram” menjadi sekjen partai dengan urusan yang bersifat administratif, kini muncul sebagai seorang orator jempolan. Politisi yang selama ini hanya dikenal di kalangan kader, kini muncul bak selebritis politik baru. Siapakah Anis Matta, yang karena orasi-orasi politiknya kini dijuluki “Soekarno Kecil”?

Tidak banyak cerita tentang kehidupan pribadi beliau yang saya dapatkan. Biografi beliau yang banyak beredar hanyalah serupa lembar riwayat hidup seorang pelamar kerja di perusahaan swasta. Namun, dengan mudah kita dapat temui buku-buku beliau, artikel, atau halaman di media online yang berisi catatan-catatan hikmah, ceramah-ceramah agama, orasi-orasi yang menggetarkan, serta visi dan pemikiran beliau tentang kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik.

Apa yang keluar dari ucapan dan tulisan seorang Anis Matta seolah mata air yang melepas belenggu dahaga pencari hikmah. Ilmu dan pengetahuan beliau melewati level kualifikasi seorang sarjana. Visi dan pemikiran beliau tentang berbagai hal bahkan menyeberang jauh dari disiplin ilmu syariah yang beliau pelajari semasa kuliah. Banyak kader PKS yang telah lama terpesona oleh Anis Matta. Dan kini, dengan sorotan media yang tiada henti mengulas kasus percobaan suap impor sapi, mungkin tidak hanya para kader yang terpesona oleh pria kelahiran Makasar 45 tahun yang lalu ini.

Ketika saya mencari-cari apa yang membuat seorang Anis Matta begitu jauh melampui level usia belajar formalnya. Mata saya tertumbuk pada hobi beliau yang dipaparkan dalam biografi yang serupa riwayat hidup pelamar kerja. Anis Matta adalah seorang pencinta buku, sedari kecil hingga kini. Selain gemar membaca, beliau juga rajin menulis. "Saya paling suka baca buku biografi, politik internasional, dan hubungan internasional," ungkap beliau kepada para kuli tinta,

"Saya menyukai gelora Soekarno dan tangan dingin Suharto. Saya suka baca sejarah para pemimpin untuk menjaga kesinambungan sejarah," sambung Anis. Selain menyukai buku-buku biografi, sejarah, dan politik, beliau juga menyukai buku bertema motivasi dan pengembangan diri, seperti “Berpikir dan Berjiwa Besar” karangan David Joseph Schwartz yang merupakan salah satu buku favoritnya.

Anis Matta adalah bukti nyata keagungan Allah dalam perintah Iqro. Karena apa yang kita punya, itulah yang dapat kita berikan. Maka, ribuan buku yang beliau baca menjadi jutaan ilmu bagi para pembaca bukunya. Lautan kisah yang beliau miliki menjadi samudera hikmah para pendengar orasinya. Mungkin agenda membaca dan menulis inilah seharusnya program utama bidang kaderisasi PKS guna melahirkan kader sekualitas Anis Matta. Wallahu a’lam. 

No comments:

Post a Comment