Prahara yang menimpa Partai Keadilan Sejahtera akhir Januari
lalu sontak menjadi buah bibir media. Televisi, koran, majalah, hingga media sosial,
ramai-ramai menggoreng kasus LHI, terbuktilah rumus populer para jurnalis “Bad news is good news”. Profil pimpinan partai, gerak perilaku
kader, segala hal yang terkait dengan partai, instansi, sekolah, hingga masalah pribadi seperti isu
poligami menjadi agenda pokok pemberitaan media sebulan terakhir.
PKS sendiri melakukan aksi penyelamatan yang gemilang.
Setelah mundurnya Luthfi Hasan Ishaaq dari kursi presiden partai, keesokan
harinya anggota Majelis Syuro PKS segera menggelar sidang. Kemudian didapuklah
Anis Matta menjadi presiden PKS menggantikan Luthfi Hasan Ishaaq dengan mulus,
tanpa ada pertikaian antar kader memperebutkan kursi pimpinan partai, hal yang
lumrah kita temui dalam perjalanan partai politik konvensional di Indonesia.
Konferensi pers pun dilakukan di Markaz Da’wah, jalan TB
Simatupang Jakarta. Dalam orasi politiknya yang pertama sebagai presiden
partai, Anis Matta berhasil mengangkat kembali mental para kader yang berada di
titik terendah setelah dibombardir media seputar kasus suap LHI. Selain
mengangkat mental kader, orasi politik itu berhasil memikat hati mereka yang
menyaksikan acara yang disiarkan langsung oleh dua televisi nasional, hingga
diberitakan banyak warga masyarakat yang mendaftar menjadi anggota PKS pasca
orasi Anis Matta.
Mengubah bencana menjadi karunia, menyulap musibah menjadi
anugerah, telah sempurna dilakukan PKS, dengan Anis Matta menjadi lakon utama.
Politisi yang selama 15 tahun seolah “dieram” menjadi sekjen partai dengan
urusan yang bersifat administratif, kini muncul sebagai seorang orator
jempolan. Politisi yang selama ini hanya dikenal di kalangan kader, kini muncul
bak selebritis politik baru. Siapakah Anis Matta, yang karena orasi-orasi
politiknya kini dijuluki “Soekarno Kecil”?
Tidak banyak cerita tentang kehidupan pribadi beliau yang
saya dapatkan. Biografi beliau yang banyak beredar hanyalah serupa lembar
riwayat hidup seorang pelamar kerja di perusahaan swasta. Namun, dengan mudah
kita dapat temui buku-buku beliau, artikel, atau halaman di media online yang
berisi catatan-catatan hikmah, ceramah-ceramah agama, orasi-orasi yang menggetarkan,
serta visi dan pemikiran beliau tentang kehidupan berbangsa dan bernegara yang
baik.
Apa yang keluar dari ucapan dan tulisan seorang Anis Matta
seolah mata air yang melepas belenggu dahaga pencari hikmah. Ilmu dan
pengetahuan beliau melewati level kualifikasi seorang sarjana. Visi dan
pemikiran beliau tentang berbagai hal bahkan menyeberang jauh dari disiplin
ilmu syariah yang beliau pelajari semasa kuliah. Banyak kader PKS yang telah
lama terpesona oleh Anis Matta. Dan kini, dengan sorotan media yang tiada henti
mengulas kasus percobaan suap impor sapi, mungkin tidak hanya para kader yang
terpesona oleh pria kelahiran Makasar 45 tahun yang lalu ini.
Ketika saya mencari-cari apa yang membuat seorang Anis Matta
begitu jauh melampui level usia belajar formalnya. Mata saya tertumbuk pada
hobi beliau yang dipaparkan dalam biografi yang serupa riwayat hidup pelamar
kerja. Anis Matta adalah seorang pencinta buku, sedari kecil hingga kini. Selain gemar membaca, beliau
juga rajin menulis. "Saya paling suka baca buku biografi, politik
internasional, dan hubungan internasional," ungkap beliau kepada para kuli
tinta,
"Saya menyukai gelora Soekarno dan tangan dingin
Suharto. Saya suka baca sejarah para pemimpin untuk menjaga kesinambungan
sejarah," sambung Anis. Selain menyukai buku-buku biografi, sejarah, dan
politik, beliau juga menyukai buku bertema motivasi dan pengembangan diri,
seperti “Berpikir dan Berjiwa Besar” karangan David Joseph Schwartz yang
merupakan salah satu buku favoritnya.
Anis Matta adalah bukti nyata keagungan Allah dalam perintah Iqro. Karena apa yang kita punya, itulah
yang dapat kita berikan. Maka, ribuan buku yang beliau baca menjadi jutaan ilmu
bagi para pembaca bukunya. Lautan kisah yang beliau miliki menjadi samudera hikmah
para pendengar orasinya. Mungkin agenda membaca dan menulis inilah seharusnya
program utama bidang kaderisasi PKS guna melahirkan kader sekualitas Anis Matta. Wallahu a’lam.
No comments:
Post a Comment