Monday, February 20, 2012

Hadiah untuk Sabrina

Dua hari lalu sekitar pukul sembilan pagi, saya berniat mengantarkan Dinda dan Sabrina ke jalan tempat angkot lalu-lalang, ceritanya Dinda mau ke kantor pos, dan jalan itu harus ditempuh dengan jarak sembilan kilometer dari tempat kami. Tiba di pos satpam, saya berhenti untuk mencatatkan nama saya di lembar izin keluar area pesantren. Ketika sedang mengisi lembar izin, saya mendengar pembicaraan antara petugas jaga dengan seorang tamu berjaket lusuh yang ingin bekunjung ke Pesantren Fajrul Karim tapi kesasar hingga ke tempat kami, sedangkan lokasi kami sekitar empat kilometer jauhnya dari Pesantren Fajrul Karim.


Setelah meninggalkan pos saya terlebih dahulu memberi sarapan (baca: bensin) untuk motor saya, hingga kemudian saya lihat orang yang tadi bertanya di pos satpam berjalan lambat dengan motornya meninggalkan pos satpam. Saya menawarkan sedikit bantuan untuk ikut mengantar hingga ke depan jalan pesantren Fajrul Karim yang memang satu arah dengan jalan yang akan saya tempuh. Niat baik saya diterima oleh yang bersangkutan, hingga kemudian kami berkendara beriringan.

Setelah kurang lebih sepuluh menit berkendara saya menepikan sepeda motor saya. Kemudian saya menunjukkan kepada orang tersebut bahwa ini jalan menuju pesantren Fajrul Karim, sambil menunjukkan plang penunjuk lokasi pesantren. Orang itu yang menghentikan motor di sebelah kanan saya, acuh dengan penjelasan yang saya sampaikan, tangannya sibuk merogoh sesuatu di dalam kantong plastik hitam. Sambil ia berkata "Saya ada urusan dengan anak kamu", dan kemudian menyerahkan tiga jenis snack yang berbeda kepada Sabrina.

Halus saya berbasa-basi menolak pemberian itu, tapi ia memaksa. Kemudian saya tawar lagi dengan mengatakan "satu aja, nggak usah semuanya", lagi-lagi orang itu berkeras. Hingga akhirnya Sabrina yang penyuka coklat dan wafer mengambil ketiga snack yang disodorkan ke hadapannya tanpa basa-basi. Kemudian kami pun melanjutkan perjalanan.

"Aba'.." diatas motor Dinda memulai percakapan, "Sabrina tadi ikut sholat dluha sama Umi, langsung dibayar sama Allah". Saya tertegun mendengar perkataan Dinda sambil membayangkan Sabrina yang sering ikut sholat di samping Uminya dengan mukena cokelatnya yang kebesaran. Oya, Sabrina terlihat lebih cantik jika sedang mengenakan hijab, mungkin karena dahinya yang agak lebar dan rambutnya yang ikal berantakan jadi tertutup rapi dengan mengenakan hijab.


Syukurku kepada Allah yang telah memudahkanku dalam mendidik Sabrina. Syukurku juga kepada Allah yang telah mengaruniakan pendamping yang sholihah, yang darinya saya belajar bahwa alangkah indahnya jika setiap hal dalam kehidupan ini senantiasa kita sandarkan pada Allah. Jika kita memperoleh sesuatu yang baik, maka itu pasti bagian dari karunia Allah yang dititipkan kepada kita. Dan jika mendapat sesuatu yang buruk, maka itu pasti skenario besar dari Allah untuk mengingatkan/menguji kita atau menggantinya dengan yang lebih baik.

Seperti kisah Nabiyullah Ibrahim 'alaihissalam yang membuat pernyataan sarat makna yang diabadikan dalam AlQuran. "Dan jika aku sakit, maka Dialah (Allah) yang menyembuhkan" ujar Ibrahim 'alaihissalam. Kata "sakit" yang bermakna negatif (kesusahan atau kelemahan) beliau kembalikan atau beliau sandarkan pada diri beliau sendiri, namun kata "sembuh" yang bermakna positif (perbaikan atau penguatan) beliau sandarkan pada Allah semata.

Wallohu a'lam

No comments:

Post a Comment