Thursday, December 14, 2023

Catper Umroh: Hari ke-6. Sabtu, 10 Desember 2022

Hotel Diyar Al Bait tempat kami menginap di Mekkah tergolong dekat dengan Masjidil Haram. Hanya sekitar 500 meter. Hotel ini terletak di Jalan Ajyad bersebelahan dengan Hotel Rayyana. Di depannya ada Toko Ice Cream Al Haramain yang siang malam selalu ramai. Tak jauh dari darinya ada Terminal Jiyad yang akan ramai di musim haji. Sementara ini yang ramai disana hanya merpati yang jumlahnya ribuan di sekitar Masjidil Haram.

Bangunan-bangunan di Mekkah tidak serapih di Madinah, Jika di Madinah gedung-gedung tertata rapih sesuai blok dan langsung berhadapan dengan jalan raya. Tapi di Mekkah agak sedikit kurang tertata, salah satunya mungkin karena kontur tanah Mekkah yang tidak rata. Contohnya di sebelah kanan hotel kami adalah sebuah gunung atau bukit batu yang bagian tengahnya dijebol dan dibuat terowongan menuju Arafah. Kuday Ajyad Tunnel namanya. Selang beberapa bulan setelah umroh baru saya ketahui nama gunung batu itu adalah Gunung Amjad. 

Kamar hotel di Mekkah sedikit lebih sempit dibanding hotel di Madinah. Meski begitu, katering di Mekkah jauh lebih enak dibanding katering di Madinah. Ketika di Madinah, menunya kurang bersahabat dengan lidah saya yang sebetulnya tidak terlalu pemilih. Ada satu atau dua kali saya harus memaksakan diri untuk memakan hidangan dari katering. Sebaliknya ketika di Mekkah hampir seluruh menunya menggugah selera, kadang bahkan saya harus kembali ke meja prasmanan untuk menuntaskan selera saya.

Serupa dengan di Madinah, di Mekkah pun Tour Leader mengajak kami untuk mengenal Masjid Al Haram. Setelah umroh sampai dini hari, di pagi hari kami istirahat. Kami diminta berkumpul jam 10 siang di depan Toilet 3 komplek Masjidil Haram. Tour Leader memberikan gambaran umum mengenai Masjidil Haram, area sholat, toilet, pintu masuk, dan lain sebagainya. Termasuk juga tempat-tempat yang menjadi patokan untuk kembali ke hotel. Zamzam Tower, Toilet nomor 3, dan Hotel Rayyana yang menjadi patokannya. 

Selesai briefing kami masuk ke Masjidil Haram. Karena tidak memakai pakaian ihram, kami tidak boleh masuk ke area thawaf di lantai dasar. Kami menuju lantai atas yang sebetulnya juga bisa digunakan untuk thawaf, tapi mayoritas yang melakukan thawaf disini menggunakan kursi roda dan sejenisnya. Sempat terfikir untuk thawaf berjalan kaki di lantai atas, demi menghindari keramaian di area thawaf. Tapi segera kami buang pikiran itu setelah melihat ke area thawaf yang sebenarnya masih cukup ruang yang agak lapang dan tidak berdesakan. Dan kalau thawaf di lantai atas perkiraan saya jaraknya tiga kali lipat dibanding di area thawaf.

Selesai mengerjakan ibadah sholat zuhur, Tour Leader mengajak kami makan Chicken Briyani di Zamzam Restoran yang letaknya tidak jauh dari hotel kami. Karena restoran ini tidak terlalu luas dan kami datang di waktu jam makan siang, kami tidak bisa langsung duduk dan memulai pesanan. Setelah hampir sepuluh menit baru kami semua bisa mendapat meja di restoran ini. Meja makan yang tidak terlalu banyak dikompensasi dengan hidangan timur tengah yang lezat. Nasi rempah yang gurih, dipadu dengan ayam goreng yang renyah.

Karena sudah ditraktir makan siang oleh Tour Leader, kami abaikan saja ruang makan di lantai dua. Beristirahat sejenak di kamar dan kembali lagi ke Masjid menjelang azan Ashar dikumandangkan.

No comments:

Post a Comment